Sabtu, 02 Juni 2012

sikecil yang terlahir di ibukota

Melihat anak jalanan bukan hal asing lagi terlihat di ibukota,, ayahku selalu bilang jika ingin merasakan kerasnya hidup cobalah tinggal di Jakarta. Di jakarta kesenjangan sosial begitu sangat terasa. Aku jadi teringat kata-kata yang aku baca dalam tas yang dibuat pabrik kaos di Bali, isinya kurang lebih begini "Bagaimana kita mau berbagi kalau yang kaya dan berkuasa saja masih merasa belum kaya". Bisa diartikan sendiri kata-kata tersebut. Jauh dari kata tersebut, pernah tidak membaca UUD yang mengatakan tiap warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak Apakah yang mereka rasakan adalah penghidupan yang layak?
Aku juga pernah membaca kata-kata tapi lupa ini kata siapa kalo ga salah sih Albert Einstein yang kalo ga salah mengatakan bumi ini adalah tempat yang berbahaya, bukan karena isinya tapi karena orang-orangnya yang tidak saling peduli.
Suatu saat aku bertanya kepada anak kecil yang duduk tiap malam di pintu keluar salah satu mall di Jaktim, anak itu tidak sendirian, dia berdua dengan adiknya yang masih sangat kecil. Dia duduk dan adiknya tidur disamping anak tersebut dan didepanya ada mangkok yang tergeletak tepat didepanya. Tiap kali aku ke mall  itu pasti ada dua anak itu,, suatu kali aku bertanya "De' ibu kamu mana?" kata anak itu "Ada di rumah ka". Dan aku bertanya lagi "terus kamu dan adik kamu tidur disini sampai pagi?". dia menjawab "Engga, nanti aku dijemput".
sedih aku denger kata-kata itu, jadi ibunya menjadikannya alat untuk mencari uang. Semoga saja dibuat UUD baru yang mengatakan anak sampai usia 12 tahun di lindungi oleh negara.
Aku punya puisi untuk sikecil yang terlahir di ibu kota,

Untuk ibuku,
Kau adalah orang yang pertama kali aku kenal di dunia ini,
Kau adalah malaikatku di bumi,
Bahkan kau adalah tuhanku sebelum aku mengenal Allah,
Kau telah menjagaku selama sembilan bulan,
Tapi kenapa setelah aku lahir kau tidak menjagaku lagi?
Aku ingin kembali kekandunganmu lagi,
Aku ingin merasakan hangatnya saat aku berada diperutmu,
Kau menjagaku dengan sangat hati-hati,
Tapi sayang, itu hanya sembilan bulan.
ibu,
tidak tegakah kau melihatku sekarang,
aku berjalan di tengah jalanan beraspal tanpa alas kaki,
aku tidur dikolong jembatan tanpa sepotong kainpun yang menyelimutiku,
bajuku kotor ibu,
badanku bau,
aku malu ibu,
aku malu dengan orang-orang yang berdasi,
terkadang aku ingin menangis,
tapi kepada siapa aku harus bersandar,
kepadamukah?
tapi kaulah penyebab semuanya yang membuatku menangis,
ibu,
Maafkan aku,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar